Dalam wawancara eksklusif dengan tabloid "The
Politic", Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto
mengatakan bahwa masa kecilnya banyak dipengaruhi oleh kakek beliau, Margono Djojohadikusumo.
http://www.youtube.com/watch?v=3vEVZt0M1YY&feature=youtu.be
Pertempuran Lengkong di Tangerang yang menewaskan dua orang anak dari
Margono Djjojohadikusumo, yakni Subianto dan Sujono memberikan warna
tersendiri bagi masa kecil seorang Prabowo. "Akhirnya waktu saya lahir,
saya diberkan nama Prabowo Subianto agar seolah-olah menggantikan
anaknya yang gugur, untuk meneruskan cita-cita mereka".
"Di
meja makan, kita selalu mendengar cerita-cerita kepahlawanan.
Cerita-cerita kesatria. Kakek saya adalah seorang Jawa tulen, dan beliau
memanggil saya dengan sebutan Gatot Koco" lanjut Prabowo. "Saya besar
di Jalan Sisingamaraja, Jakarta. Ayah saya Sumitro Djojohadikusumo waktu
itu Guru Besar di Universitas Indonesia. Karena kegiatan utamanya di
UI, saya sering dibawa oleh beliau untuk datang ke Fakultas Ekonomi UI
di Salemba."
Prabowo melanjutkan wawancara dengan menceritakan
bagaimana pengalaman beliau hidup di masa pertempuran ideologi antara
komunisme dan nasionalisme, PRRI, pengungsian ke luar negeri, bagaimana
Sumitro Djojohadikusumo mendidik Prabowo agar tidak manja, dan sekolah
di luar negeri.
"Waktu saya sekolah di luar negeri, seringkali
saya satu-satunya anak yang bukan kulit putih. Bagi saya itu adalah
suatu pengalaman yang sangat mendidik. Pada saat itu, tahun 50, tahun
60, rasa superioritas bangsa barat sangat tinggi. Di sekolah saya sering
dihina. Saya merasakan bagaimana hidup sebagai minoritas. Mungkin
inilah juga yang memupuk rasa nasionalisme saya. Nasionalisme saya makin
kental karena pendidikan saya."
0 komentar:
Posting Komentar